Rabu, 11 Februari 2015

Tetanus Neonatorum, Waspadai Pada Bayi Baru Lahir

Setelah membaca artikel ini, para ibu yang selesai melahirkan atau akan melahirkan  diharapkan lebih berhati-hati dalam menjaga sang buah hati, terlebih saat usia bayi dibawah umur 28 hari. Pasalnya pada usia ini, bayi rentan terhadap penyakit Tetanus Neonatorum yang mematikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa pada 2008, sekitar 59 ribu bayi baru lahir meninggal akibat Tetanus Neonatorum  ini. Apa sebenarnya penyakit Tetanus Neonatorium ini dan bagaimana penanganannya?

Tetanus Neonatorium merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Clostridium Tetani. Bakteri ini mengahasilkan spora yang kebal terhadap pemanasan, pengeringan dan desinfektan kimia sehingga sulit untuk dimusnahkan.  Gejalanya ditandai dengan bayi yang kesulitan membuka mulut, susah ketika akan menyusu sang Ibu, serta serta kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah lahir.

Penyebarannya bisa melalui tanah, debu jalan dan kotoran hewan, terutama kuda. Sementara penjangkitan bakteri ini terhadap bayi bisa terjadi melalui pencemaran lingkungan fisik dan biologik, faktor  pemotongan tali pusat, faktor cara perawatan tali pusat, faktor kebersihan tempat pelayanan persalinan dan faktor imunisasi ibu.

Kebanyakan dari bayi yang menderita karena penyakit ini, memiliki riwayat tinggal di lingkungan yang tidak bersih. Lingkungan yang buruk akan menyebabkan Kuman Tetani lebih mudah berkembang biak. Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat  menyebabkan kematian pada bayi.
 
Waspada dalam merawat tali pusar bayi
Kasus Tenanus Neonatorum banyak terjadi pada bayi yang perawatan tali pusatnya dilakukan secara tidak steril. Seperti penggunaan pisau dapur atau gunting yang tidak steril, menggunakan ramuan kunyit dan abu dapur untuk menutup luka tali pusat, atau tali pusat yang dibalut dengan menggunakan kain pembalut tidak steril. Cara-cara ini menjadi pintu masuk bagi kuman Tetanus menyebar ke seluruh tubuh bayi.

Kuman Tetanus ini menyebar kedalam tubuh bayi melalui tali pusat. Awalnya kuman masuk dalam bentuk spora, jika di daerah potongan tali pusat tidak mengandung oksigen yang cukup (anaerob), maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetative yang menghasilkan racun (toksin).

Toksin tersebut dapat menyerang system saraf sehingga mengakibatkan kekakuan pada otot tubuh. Kekakuan dimulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot kecil seperti otot pipi/masseter yang dikenal dengan Trismus. Jika toksin masuk kedalam sum-sum tulang belakang dan menyerang sistem saraf pusat, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada anggota gerak, otot-otot bergaris didada, perut dan timbul kejang diseluruh tubuh.

Toksin juga bisa menyerang sistem saraf otonom yang menyebabkan gangguan pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran pencernaan, saluran kemih, neuromuscular, gangguan irama jantung dll. Gejala ini jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul.

Kekakuan pada otot yang menunjang tubuh (Opistotonus) seperti otot punggung, otot bahu dan otot leher. Kekakuan yang berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.  Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kekakuan yang terus menerus dari otot laring yang bisa menimbulkan sesak nafas. Efek tetanospasmin (Toksin Tetanus) juga dapat meyebabkan demam dan kekakuan otot polos sehingga anak tidak bisa buang air kecil.

Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya. Lambat laun “masa istirahat” kejang semakin pendek sehingga menyebabkan status epileptikus, yaitu bangkitan epilepsy yang berlangsung terus menerus selama lebih dari 30 menit tanpa diselangi oleh masa sadar dan bila itu berlanjut dapat menyebabkan kematian.

Neonatus yang terinfeksi Clostridium tetani biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena masa inkubasi tetanus pada umumnya antara 3-12 hari. Masa tersebut dapat memendek menjadi 1-2 hari dan dapat pula memanjang melebihi 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya.

Penanganan Tetanus
Prinsip penanganan pada penderita Tetanus Neonatorum adalah mencegah terjadinya kejang otot, menetralisir racun dan membunuh kuman tetanus yang ada pada tubuh. Jika bayi sudah mengalami gejala seperti yang dijelaskan di atas, sebaiknya ibu langsung membawa bayi ke rumah sakit.

Sementara itu, untuk pencegahan Tetanus Neonatorum dapat dilakukan dengan mengeliminasi faktor-faktor risiko yang ada. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, pemotongan dan perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril. Kebersihan tempat persalinan perlu diperhatikan untuk mencegah kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil. Pemberian Imunisasi TT minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah Tetanus Neonatorum.

Untuk tidak menambah risiko infeksi maka sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan bayi baru lahir telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti mencuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting, pengisap lendir, alat resusi tasi dan benang tali pusat telah disterilkan. Pastikan semua pakaian handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda benda lain yang bersentuhan dengan bayi.

Membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan bahan apapun ke puntung tali pusat juga dapat menyebabkan penyakit ini. Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, namun tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.

Lipat popok di bawah puntung tali pusat, jika tali pusat kotor bersihkan hati hati dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan dengan kain bersih, jika pangkal tali pusat (pusar bayi) berdarah merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

Semoga informasi di atas semakin membuat para orang tua lebih mawas diri dalam melakukan perawatan terhadap bayi anda. Terutama dalam menghindarkan diri terhadap penyakit Tetanus Neonatorum ini. Waspada dan terus kenali buah hati anda. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2013 Kilas Info Terbaru: Tetanus Neonatorum, Waspadai Pada Bayi Baru Lahir | www.bookie7.co